Penciptaan manusia dan birul walidain

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Al-Qur`an sebagai pendoman hidup manusia. Ayat-ayat dalam al-Qur`an sudah menjelaskan tentang segala sesuatu di muka bumi ini, termasuk mengenai proses penciptaan manusia. Bagaimana seorang manusia dapat tercipta di dunia ini sebagai makhluk yang paling mulia di bumi.

Ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah, ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, lumpur, sari pati tanah, sari pati air yang hina, air yang tertumpah, dan mani yang dipancarkan. Untuk lebih mengetahui mengenai hal tersebut maka dengan judul Penciptaan manusia kami paparkan bagaima penciptaan manusia.

Islam telah mengajarkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua, mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua terhadap anak, yaitu memelihara dan mendidik kita dejak kecil tanpa perhitungan biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikit pun dari anak, meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan tetapi orang tua tetap memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang anak memiliki macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah Allah Swt, dan kita juga dilarang durhaka kepada orang tua. Dalam makalah ini, pemakalah akan memaparkan tentang birrul walidain dan ‘uququl walidain

  1. Rumusan Masalah
  2. Bagaimana proses penciptaan manusia menurut hadis nabi?
  3. Bagaimana kedudukan birul walidaini menurut hadis nabi?
  1. Tujuan Penulisan
  2. Mengetahui proses penciptaan manusia menurut hadis nabi
  3. Mengetahui kedudukan birul walidaini menurut hadis nabi

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Penciptaan Manusia Menurut Hadis Nabi

حد يث ءَ بْدِ اللهِ يْنِ مَسْعُودِز قَالَ : حَدَّ ثَنَا رَسُو لُ اللهِ صلى الله عليه وسليم, وَهْوَ الصَّادِ قُ الْمَصْدُ وقُ, قَالَ: أِ نَّ أَحْدَ كُمْ يُحْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّ أَمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْ مَا. ثُمَّ يَكُو نُ عَلَقَةُ  مِثْلَ ذَلِكَ. ثُمَّ يَكُو ن مُضْغَةً مِثْلَ ذ لِكَ. ثُمَّ يَبْعَثُ اللهُ مَلَكُا فَيُؤْ مَرُ بِأَ رْ بَعِ كُلِمَا تِ, وَيُقَالُ لَهُ: اكْتُبْ عَمَلَهُ وَرِزْقَهُ وَأَجَلَهُ وَشَقِّ أَوْ سَعِيدٌ. ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ فَأِ نَّ الرَّ جُلَ مِنْكُمْ لَيَعْمَلُُ حَتَّى مَا يَكُو نُ يَنْنَهُ وَ بَيْنَ اَلجنَّةِ أِلاَّذِرَاعٌ, فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ كِتَا بُهُ, فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ. وَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ يًنْهُ  وَبَيْنَ النَّا رِ أِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ, فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ اَلجْنَّةِ

Artinya :

Abdullah bin Mas’uud r.a berakta. Rasulullah SAW yang benar dan harus dibenarkan telah menerangkan kepada kami: sesungguhnya seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh haru beruma mani, kemudian berupa sekepal darah darah selama itu juga, kemudian berubah berupa sekepal daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus Malaikat yang diperintah mencatata empat kalimat dan diperintah : Tulislah amalan, rizqinya, ajalnya dan nasib baiknya atau sial (celaka), kemudian ditiup ruh kepadanya. Maka sesungguhnya adakalanya seorang dari kamu melakukan amala ahli sorga sehingga antaranya dengan sorga hanya sehasta, tetapi ada ketentuan dalam surat pertama, tiba-tiba melakukan amal ahli neraka, dan adalanya seorang berbuat amal ahli neraka sehingga antaranya dengan neraka hanya sehasta, tiba-tiba dalam ketentuan suratannya ia berubah mengerjakan amal ahli sorga (Bukhari, Muslim)

Allah memberi tahu kepada makhluk yang telah tercipta lebih terdahulu, terutama para malaikat, bahwa Dia akan menciptakan khalifah (penguasa atau Petugas) di muka bumi. Yang dimaksud dengan khalifah adalah makhluk manusia dan yang pertamanya diberi nama Adam. Al-Quran telah menyatakan  bahwa Allah telah menciptakan seorang yang bernama Adam, yang merupakan asal jenis manusia. Dan bahwa jenis manusia itu diciptakan dari tanah kemudian ditiupkan rohnya maka jadilah wujud manusia. Di samping itu penciptaan manusia pertama tidak melalui proses dari kecil atau bayi kemudian membesar yang memakan waktu dari hari ke hari bahkan dari bulan ke bulan atau tahun ke tahun akan tetapi, ia tercipta secara “instan” langsung dalam bentuk besarnya yang  sempurna seperti yang ada. Dalam al-Quran juga dijelaskan bahwa generasi manusia berikutnya setelah Adam tidak lagi diciptakan dari tanah. Tetapi terbentuk dari sperma yang sekalipun bila ditelusuri ia berasal dari tanah juga.[1] Sebagaimana difirmankan dalam al-Quran surat As-Sadjah ayat 7-9:

ü“Ï%©!$# z`|¡ômr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)n=yz ( r&y‰t/ur t,ù=yz Ç`»|¡SM}$# `ÏB &ûüÏÛ ÇÐÈ ¢OèO Ÿ@yèy_ ¼ã&s#ó¡nS `ÏB 7’s#»n=ߙ `ÏiB &ä!$¨B &ûüÎg¨B ÇÑÈ ¢OèO çm1§qy™ y‡xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ¾ÏmÏmr•‘ ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur 4 Wx‹Î=s% $¨B šcrãà6ô±n@ ÇÒÈ

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.[2]

Manusia setelah Adam diciptakan melalui beberapa fase penahapan, fertilisasi atau pembuahan adalah peleburan antara inti sel telur dengan inti sel sperma. Dari ratusan juta sperma  hanya satu yang berhasil membuahi sel telur. Fertilisasi berlangsung di saluran telur, saat fertilisasi  kepala sperma menembus dinding sel telur sedangkan ekornya tertinggal di luar. Selanjutnya inti telur dan inti sperma bersatu setelah bersatu ovum menjadi zygote. Tahap-tahap perkembangan embrio menjadi janin dan menjadi bayi yang siap dilahirkan  adalah sebagai berikut. Perkembangan janin dibagi dalam tiga tahapan besar. Pertama adalah perkembangan pada triwulan I, mulai dari zygote terbentuk sampai janin berusia tiga bulan; perkembangan terpusat pada perkembangan fungsi-fungsi organ, seperti otak, jantung, paru-paru. Pada triwulan II (bulan empat, lima dan enam) pertumbuhan terpusat pada anggota tubuh yaitu kaki, tangan, jari-jari, pada triwulan III, dapat dikatakan bahwa pembentukan sebagian organ telah lengkap.[3] dari sperma hingga menjadi bentuk janin  memakan waktu selama 120 hari yakni sebagai berikut:

  1. Tahap pertama, dalam bentuk sperma yang meresap dalam tubuh perempuan atau kandungan ibu. Melalui proses selama empat puluh hari (masa ngidam);
  2. Tahap kedua, adalah dalam bentuk ‘alaqah yakni pembekuan atau penggumpalan darah dan menempel di dinding rahim, melalui proses selama empat puluh hari;
  3. Tahap ketiga, adalah dalam bentuk mudhgah (embrio) yang melalui proses selama empat puluh hari, sehingga semua  proses tersebut berjumlah 120 hari atau empat bulan; dan kemudian;
  4. Tahap keempat; adalah adanya roh atau jiwa pada janin dan jadilah manusia.[4]

Dengan demikian manusia setelah Adam dan Hawa, tidak lagi tercipta dari tanah secara instan langsung menjadi manusia dewasa. Akan tetapi ia tercipta dari sperma dan melalui proses dalam rahim di perut seorang ibu. Kemudian manusia terlahir ke dunia dan menuju kematangan yang memakan waktu cukup lama. Bahkan makhluk hewan lebih cepat matang dari manusia. Berbeda dengan hewan, untuk bisa bicara dan makan serta berbicara, manusia memerlukan waktu yang relatif tidak sedikit.[5]

  1. Birrul Walidai ( berbakti kepada orang tua )
    1. kedudukan Birrul Walidai ( berbakti kepada orang tua )
    2. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.

عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1]

  1. B. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.

عَنْ اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال: ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك قال: ثم م؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)

 

Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “ Bapakmu!”(H.R.Bukhari).[2]

  1. Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.

عَبْدُ الله بن مَسْعُودٍ قال سَاَ لْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ايُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ الى الله قال: الصَّلَاةُ على وَقْتِهَا قال: ثم اي قال:ثُمَّ بِرُّ الْوَالْدَيْنِ قال: ثم اي قال: الجِهَادُ فى سَبِيْلِ الله ( اخرجه البخاري و مسلم)

Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).[3]

  1. Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.

عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)

 

Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).[4]

  1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.

عن عبد الله بن عمر ورضى الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر ان يلعن الر جل والديه . قيل رسول الله.و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل: يسب الرجل ابا لرجل فيسب أبا لرجل فيسب أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري)

Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua orang tuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “ Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya. (H.R. Bukhari).[5]

 

Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.

Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[6]

  1. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:

  1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
  2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.[7]
  3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
  4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
  5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
  6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
  7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
  8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:

–          Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya

–          Melunasi semua hutang-hutangnya

–          Melaksanakan wasiatnya

–          Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup

–          Memuliakan sahabat-sahabatnya

–          Mendoakannya.[8]

Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.

Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41

$oY­/u‘ öÏÿøî$# ’Í< £“t$Î!ºuqÏ9ur tûüÏZÏB÷sßJù=Ï9ur tPöqtƒ ãPqà)tƒ Ü>$|¡Åsø9$# ÇÍÊÈ

Artinya: Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.

Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24

ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA—%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§‘ $yJßg÷Hxqö‘$# $yJx. ’ÎT$u‹­/u‘ #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ

Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

 

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Al-Quran telah menyatakan  bahwa Allah telah menciptakan seorang yang bernama Adam, yang merupakan asal jenis manusia.  . Di samping itu penciptaan manusia pertama tidak melalui proses dari kecil atau bayi kemudian membesar yang memakan waktu dari hari ke hari bahkan dari bulan ke bulan atau tahun ke tahun akan tetapi, ia tercipta secara “instan” langsung dalam bentuk besarnya yang  sempurna seperti yang ada. Dalam al-Quran juga dijelaskan bahwa generasi manusia berikutnya setelah Adam tidak lagi diciptakan dari tanah. Manusia setelah Adam diciptakan melalui beberapa fase penahapan, fertilisasi atau pembuahan adalah peleburan antara inti sel telur dengan inti sel sperma. Perkembangan janin dibagi dalam tiga tahapan besar. Pertama adalah perkembangan pada triwulan I, mulai dari zygote terbentuk sampai janin berusia tiga bulan; perkembangan terpusat pada perkembangan fungsi-fungsi organ, seperti otak, jantung, paru-paru. Pada triwulan II (bulan empat, lima dan enam) pertumbuhan terpusat pada anggota tubuh yaitu kaki, tangan, jari-jari, pada triwulan III

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.

Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.

  1. Saran-saran

Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat menggali kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami harapkan kritik yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan sempurna lagi dalam pembuatan makalah ini selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan terjemahnya

Abdul Latif Faqih, Rahasia Segitiga Allah-Manusia-Setan, Jakarta Selatan, Hikmah (PT Mizan Publika), 2008

Ibnu Hajar al-Asqolani, Terjemahan lengkap Bulughul Maram, ( Jakarta: Akbar,cet2,2009),hlm.671.

Imam nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin juz I, (Jakarta: Pustaka Amani,cet IV,1999),hlm.327.

Imam ibnu Al-Jauzi, Shahih Bukhari juz IV,(Qohiroh:Darul Hadis,2008),hlm.138.

Imam Muhammad bin Ismail al-‘amir al-Yamin as-Son’ani, Subulussalam, Syarh Bulughul Maram, ( Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah,1998)hlm,306.

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhklak,(Yogyakarta,LPPI,cetIX,2007),hlm.147-152.

Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul,(Semarang: Aneka Ilmu,cet I, 2006),hlm.378.

Ë

[1] Abdul Latif Faqih, Rahasia Segitiga Allah-Manusia-Setan, Jakarta Selatan, Hikmah (PT Mizan Publika), 2008, h. 65

[2] Al-Quran dan terjemahnya, h. 32

[3] Istamar Syamsuri, Biologi Untuk SMA Kelas XI, Malang, Erlangga, 2006, h. 150-151

[4] Abdul Latif Faqih, Rahasia Segitiga Allah-Manusia-Setan,…h. 72

[5] Ibid

[1] Ibnu Hajar al-Asqolani, Terjemahan lengkap Bulughul Maram, ( Jakarta: Akbar,cet2,2009),hlm.671.

[2] mam nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin juz I, (Jakarta: Pustaka Amani,cet IV,1999),hlm.327.

[3] Imam Nawawi,…hlm.325.

[4] Imam ibnu Al-Jauzi, Shahih Bukhari juz IV,(Qohiroh:Darul Hadis,2008),hlm.138.

[5] Imam Muhammad bin Ismail al-‘amir al-Yamin as-Son’ani, Subulussalam, Syarh Bulughul Maram, ( Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah,1998)hlm,306.

[6] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhklak,(Yogyakarta,LPPI,cetIX,2007),hlm.147-152.

[7] Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul,(Semarang: Aneka Ilmu,cet I, 2006),hlm.378.

[8] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,..hlm.152-156

Leave a comment